HIDROKARBON

4 05 2011

Tahukah Anda bahwa bensin yang selama ini digunakan ternyata merupakan
senyawa kimia yang terdiri dari sebuah deret panjang rantai karbon? Begitu
juga aspal, lilin, minyak pelumas atau yang sering dikenal dengan nama oli,
solar, dan masih banyak lagi bahan alam yang terdiri dari deret panjang sebuah
rantai karbon.

A. Kekhasan Atom Karbon

Atom karbon merupakan salah satu atom yang cukup banyak berada di
alam. Keberadaannya dalam bentuk karbon, grafit, maupun intan. Atom
karbon memiliki nomor atom 6 dengan konfigurasi elektron 6C : 1s2 2s2 2p2.
Oleh karena memiliki 4 elektron pada kulit terluar, atom karbon dapat
membentuk empat buah ikatan kovalen dengan atom-atom yang lain.
Contoh: CH4
H
|
H – C – H
|
H
Atom karbon juga dapat berikatan dengan atom karbon yang lain
membentuk rantai karbon. Ikatan atom karbon dengan atom karbon yang lain
tersebut dapat membentuk rantai panjang lurus, bercabang, maupun melingkar
membentuk senyawa siklis.
Contoh:
1. Senyawa hidrokarbon rantai lurus
H3C – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
2. Senyawa hidrokarbon rantai bercabang
H3C – CH2 – CH – CH2 – CH3
|
CH3
3. Senyawa hidrokarbon siklis
Oleh karena kemampuannya membentuk berbagai jenis rantai ikatan, tidak
heran jika senyawa karbon begitu banyak jenis dan jumlahnya di alam.

1. Jenis Ikatan Rantai Karbon
Atom karbon dapat membentuk tiga jenis ikatan, yaitu:
a. Ikatan tunggal

H3C – CH3

b. Ikatan rangkap dua
H2C = CH2

c. Ikatan rangkap tiga
HC 􀁻 CH
2. Posisi Atom Karbon
Atom karbon memiliki kedudukan yang berbeda-beda dalam sebuah rantai
karbon. Berdasarkan kedudukannya tersebut, atom karbon dapat dibedakan
menjadi:
a. atom C primer (1°) : atom C yang terikat pada satu atom C yang lain.
b. atom C sekunder (2°) : atom C yang terikat pada dua atom C yang lain.
c. atom C tersier (3°) : atom C yang terikat pada tiga atom C yang lain.
d. atom C kuartener (4°) : atom C yang terikat pada empat atom C yang
lain.
CH3
|
CH3 – CH2 – CH – C – CH2 – CH3
|          |
CH3   CH3





TATA NAMA SENYAWA POLIATOMIK & ASAM BASA

4 05 2011

Senyawa poliatomik adalah senyawa yang berasal dari ion-ion poliatomik. Ion poliatom adalah ion yang terdiri atas dua atau lebih atom-atom yang terikat bersama-sama membentuk ion dengan ikatan kovalen. Senyawa poliatomik umumnya terdiri atas unsur-unsur nonlogam.

Berikut ini nama-nama beberapa senyawa poliatomik.

Rumus Ion Nama Senyawa Rumus Ion Nama Senyawa
NH4+ Amonium PO32- Fospit
OH Hidroksida PO43- Fosfat
CN Sianida AsO3- Arsenit
CH3COO Asetat AsO43- Arsenat
CO32- Karbonat ClO Klorit
HCO3 Bikarbonat ClO2 Klorat
SiO32- Silikat ClO4 Perklorat
NO2 Nitrit MnO4 Permanganat
NO3 Nitrat MnO42- Manganat
SO32- Sulfit CrO42- Kromat
SO42- Sulfat Cr2O72- Dikromat

Tata nama untuk senyawa yang mengandung ion poli atom diatur sebagai berikut :

  1. Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti anion poliatom. Contoh :

Rumus Kimia

Kation

Anion

Nama Senyawa

NaOH Na+ OH Natrium hidroksida
KMnO4 K+ MnO4 Kalium permanganat
  1. Untuk senyawa yang terdiri dari kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation monoatom/poliatom. Contoh :

NH4OH        =     amonium hidroksida

NH4Cl          =     amonium klorida

TUGAS/DISKUSI

Tentukan nama dari senyawa poliatom berikut :

  1. 1.   NaClO2              b) Na3PO4              c) Na2SO3

Catatan :

  1.  Anion-anion poliatom lebih banyak dibandingkan kation poliatom
  2. Oksigen dapat membentuk banyak anion poliatom yang disebut anion okso.
  3. Unsur-unsur logam tertentu seperti Cl, N, P, dan S dapat membentuk suatu seri anion okso yang mengandung beberapa atom oksigen. Penamaan berdasarkan tingkat oksidasi dari atom-atom yang mengikat oksigen
  4.  Untuk tingkat oksidasi oksigen yang terkecil disebut hipo, dan yang paling tinggi disebut per.
  5. Semua anion okso dari Cl, Br, dan I memiliki muatan -1
  6. Beberapa anion okso yang mengandung sejumlah atom H, penamaannya disesuaikan misalnya H2PO42- (ion hidrogen fospat) dan H2PO4 (ion dihidrogen fospat)
  7. Awalan tio berarti bahwa satu atom sulfur telah ditambahkan untuk menggantikan satu atom oksigen (ion sulfat (SO4) memiliki satu atom S dan empat atom O; ion tiosulfat memiliki dua atom S dan 3 atom O (S2O3)




TATA NAMA SENYAWA BINER

4 05 2011

1.         RUMUS KIMIA

Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan aturan tertentu. Misalnya, rumus air adalah H2O dan garam dapur (natrium klorida) adalah NaCl. Jumlah tiap atom pada rumus kimia ditulis sebagai angka indeks. Pada rumus kimia air (H2O), angka indeks H adalah 2 dan angka indeks O adalah 1 (angka indeks I tidak perlu ditulis). Adapun pada rumus kimia garam dapur (NaCI), angka indeks kedua atom adalah 1 sehingga tidak perlu ditulis. Rumus kimia suatu zat adalah khas. Kekhasan itu ditentukan oleh daya ikat dan bilangan oksidasi yang dimiliki suatu atom.

  1. a.        Daya Ikat Atom

Daya ikat atom adalah kemampuan suatu atom untuk mengikat atom lain sehingga membentuk suatu molekul. Daya ikat atom juga disebut valensi. Tiap atom mempunyai daya ikat tertentu.

Untuk memahami daya ikat atom, perhatikan senyawa HCI, H2O, NH3, SO2, SO3, dan CH. Ternyata, Cl mengikat 1 atom H, O mengikat 2 atom H, N mengikat 3 atom H, S mengikat 2 atau 3 atom O, dan C mengikat 4 atom H. Karena mempunyai daya ikat paling kecil, atom H dijadikan pembanding dan ditetapkan memiliki valensi 1. Oleh karena itu, valensi atom CI adalah 1, valensi atom O adalah 2, valensi atom N adalah 3, valensi atom S adalah 4 atau 6, dan valensi atom C adalah 4.

b.        Tata Nama Senyawa Biner

Senyawa biner adalah kimia yang hanya terbentuk dari dua unsur. Unsur yang terbentuk tersebut dapat terdiri atas unsur logam dan bukan logam atau keduanya terdiri atas unsur bukan loga

Jika senyawa biner terdiri atas unsur logam dan bukan logam, aturan penamaan senyawanya sebagai berikut.

Nama unsur logam disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang diakhiri dengan akhiran –ida.

Contoh :

NaCl = Natrium klorida         MgBr2=Magnesium bromida

Na adalah unsur logam       Mg adalah unsur logam

Cl adalah unsur non logam         Br adalah unsur non logam

Senyawa ionik walaupun tersusun atas ion positif dan negatif, tetapi secara keseluruhan bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini berarti satu Na+ akan bergabung dengan satu Cl dalam NaCl dan satu Mg2+ bergabung dengan dua Br dalam MgBr2 demikian seterusnya. Berikut ini contoh pemberian nama dan simbol senyawa sederhana :

SENYAWA

NAMA SENYAWA

SENYAWA

NAMA SENYAWA

Li2O Litium oksida CaO Kalsium oksida
NaBr Natrium bromida SrO Stronsium oksida
KCl Kalium klorida BaCl2 Barium klorida
Rb2O Rubidium oksida Al2O3 Aluminium oksida
CsI Cesium iodida ZnO Seng oksida
MgCl Magnesium klorida AgCl Perak klorida
  1. 2.         Jika senyawa biner terdiri atas unsur bukan logam dan bukan logam, aturan penamaan senyawanya sebagai berikut.

Nama unsur bukan logam yang kelelektronegatifannya lebih rendah disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang lain dan diakhiri dengan akhiran –ida. Senyawa yang terbentuk antara unsur bukan logam dan bukan logam merupakan senyawa yang berikatan kovalen. Jumlah atom yang dimiliki oleh senyawa biner disebutkan dengan cara memberi awalan bahasa Latin sebagai berikut :

1     =     mono           6     =   heksa

2     =     di                  7     =   hepta

3     =     tri                  8     =   okta

4     =     tetra              9     =   nona

5     =     penta           10   =   deka

Awalan bahasa Latin mono tidak diletakkan pada nama unsur non logam yang pertama melainkan pada unsur nonlogam kedua. Awalan bahasa latin dari nama logam pertama disebutkan mulai dari yang berjumlah 2, dst. Contoh :

N2O         =     dinitrogen monoksida

NO           =     nitrogen monoksida

N2O3        =     dinitrogen trioksida

NO2         =     nitrogen dioksida

N2O5        =     dinitrogen pentaoksida

CCl4        =     karbon tetraklorida

CO           =     karbon monoksida

CO2         =     karbon dioksida

Unsur-unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis dengan angka romawi

Sebelumnya harus dipahami pengertian dan cara menentukan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi menyatakan jumlah elektron yang terlibat pembentukan ikatan.

Jika melepaskan elektron, suatu atom memiIiki bilangan oksidasi positif. Sebaliknya, jika menangkap elektron, suatu atom memiliki bilangan oksidasi negatif. Pengertian bilangan oksidasi seperti itu berlaku untuk molekul ionik. Jika demikian, bagaimana bilangan oksidasi untuk molekul kovalen?

Molekul kovalen dibedakan atas molekul kovalen polar dan nonpolar. Untuk molekul kovalen polar, atom yang lebih elektronegatif dianggap bermuatan negatif dan molekul yang lain dianggap bermuatan positif. Adapun untuk molekul kovalen nonpolar, bilangan oksidasinya sama dengan nol.

Aturan bilangan oksidasi (biloks) adalah sebagai berikut :

  1. Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0
  2. Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida =  –1 (misalnya : NaH)
  3. Bilangan oksidasi unsur O dalam senywa = –2, kecuali pada senyawa peroksida = –1  (misalnya : Na2O2, H2O2, BaO2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2
  4. Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2, gol.IIIA=+3)
  5. Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = –1
  6. Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl=–1, Mg pada Mg2+=+2)
  7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol), Misalnya :

Biloks S pada H2SO4 ditentukan dengan cara :

H2SO4     =     0

( 2 x biloks H) + S + (4 x biloks O)     =     0

( 2 X 1) + S + (4 X (-2) )     =     0

2 + S – 8     =     0

S     =     8 – 2

S     =     +6

  1. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu ion poliatom sama dengan muatannya.

Misalnya :

Biloks Cr pada Cr2O72-

Cr2O72-     =   –2

Cr2 + ( 7 x biloks O )     =   –2

Cr2 + ( 7 x (-2) )     =   –2

Cr2 – 14     =   –2

Cr2     =   14 – 2

Cr     =   12 / 2

Cr     =   +6

Contoh 1.

Senyawa CrO diberi nama dengan aturan sebagai berikut :

  1. Mencari biloks Cr pada CrO, dengan cara :

CrO  =     0

Cr + (1 x biloks O)  =     0

Cr + ( 1 x (-2))  =     0

Cr + (-2)  =     0

Cr – 2  =     0

Cr  =     2

Maka biloks Cr pada CrO  =     2

  1. Biloks Cr ditulis dengan angka Romawi setelah nama logam dalam bahasa Indonesia, dilanjutkan nama nonlogam dan diakhiri dengan akhiran –ida. Sehingga nama senyawa CrO adalah Kromium (II) oksida

Contoh 2.

Senyawa FeF3 diberi nama dengan aturan sebagai berikut :

  1. Mencari biloks Fe pada FeF3, dengan cara :

FeF3  =     0

Fe + (3 x biloks F)  =     0

Fe + ( 3 x (-1))  =     0

Fe + (-3)  =     0

Fe – 3  =     0

Fe  =     3

Maka biloks Fe pada FeF3  =     3

  1. Biloks Fe ditulis dengan angka Romawi setelah nama logam dalam bahasa Indonesia, dilanjutkan nama nonlogam dan diakhiri dengan akhiran –ida. Sehingga nama senyawa FeF3 adalah Besi (III) florida

TUGAS/DISKUSI

Tentukan nama dari senyawa CoCl2, Co2O3, PbO2





TATA NAMA SENYAWA

4 05 2011

Kita tentu sudah mengenal garam dapur, tetapi kita harus tahu bahwa garam dapur merupakan senyawa kimia yang terdiri atas unsur Na dan Cl. Berdasarkan komponen penyusunnya, rumus molekul garam dapur ialah NaCl dan dinamakan senyawa natrium klorida.

Dahulu senyawa dinamakan sesuai asal ditemukannya. Misalnya, asam etanoat diberi nama asam asetat yang berasal dari kata “asetum”, yang artinya cuka. Semakin banyaknya senyawa baru yang ditemukan, maka diperlukan suatu aturan penamaan senyawa yang berlaku secara internasional. Lembaga yang berwenang untuk merumuskan tata nama senyawa secara internasional ialah The Intenational Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC).

Untuk membedakan unsur yang satu dengan unsur yang lain maka dipakai perlambangan yang selanjutnya disebut sebagai LAMBANG UNSUR. Lambang unsur diperlukan untuk mempermudah penulisan sehingga memudahkan mengkomunikasikannya kepada orang lain. Lambang unsur kadang-kadang juga disebut LAMBANG ATOM. Hal itu disebabkan unsur terdiri atas atom-atom yang sama. Lambang unsur yang dipakai sampai sekarang dipublikasikan pertama kali, oleh Jons Jakob  Berzelius (1779-1848).

Tiap unsur dilambangkan dengan huruf pertama dari nama latinnya dan ditulis dengan huruf kapital. Jika huruf pertamanya sama, maka di belakang huruf kapital itu ditambahkan satu huruf lain dari nama unsur yang ditulis dengan huruf kecil. Contoh penulisan lambang unsur adalah sebagai berikut :

Nama Unsur

Asal Kata / Arti

Lambang

Belerang Latin : sulfur S
Besi Latin : ferrum=besi Fe
Fospor Yunani : phosphoros = bercahaya P
Hidrogen Yunani : hydro genes = pembentuk air H
Iodin Yunani : iodes = violet I
Kalium Latin : kalium K
Kalsium Latin : calx Ca
Karbon Latin : carbo = arang C
Klorin Yunani : khloros = kuning kehijauan Cl
Kobalt Jerman : kobold = hantu Co
Kromium Yunani : chroma = warna Kr
Oksigen Yunani : oxy genes = pembentuk asam O
Tembaga Latin : Cuprum = cyprus Cu
Timah Latin : stannum = timah Sn
Timbal Latin : plumbum = timbal Pb

Untuk unsur Monoatomik, partikel terkecilnya terdiri atas satu atom, lambang unsurnya berupa lambang atomnya. Sedangkan unsur Diatomik, partikel terkecilnya terdiri atas dua atom, lambang unsumya ditulis dengan menuliskan angka 2, sebagai indeks, misalnya H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, dan I2.

Penulisan unsur diatomik itu sangat penting untuk diingat karena dalam setiap reaksi kimia selalu digunakan. Contoh pada reaksi pembakaran gula, maka penulisannya adalah sebagai berikut :

Gula + O2 à CO2 + H2O

Pada kondisi tertentu, unsur diatomik dapat berada dalam bentuk yang lain, misalnya oksigen dalam bentuk triatom (O3) yang kita kenal sebagai ozon. Selain itu, juga ada molekul. yang terdiri atas 4 atom dan 8 atom, misalnya P4 dan S8. Namun, untuk menyederhanakan, penulisan unsur fosforus dan belerang cukup ditulis P dan S.

Nama unsur dapat diambil dari sifat khasnya. Misalnya, unsur Cl disebut klorin karena berwarna kuning kehijauan (khloros = kuning kehijauan) dan fosforus karena memendarkan cahaya (phosphoros = bercahaya).

Ilmu pengetahuan mengenai unsur terus berkembang sehingga banyak ditemukan unsur-unsur baru. Ditemukannya unsur baru banyak menimbulkan perdebatan mengenai nama dan lambang. Oleh karena Itu, perlu adanya lembaga yang mengatur tentang pemberian nama. dan lambang unsur yang baru. Lembaga yang mengatur, mengenai hal itu adalah Persatuan Internasional Kimia Murni dan terapan (International Union of Pure and applied Chemistry (IUPAC). Menurut IUPAC, nama dan lambang unsur yang baru ditemukan ditetapkan dengan aturan sebagai berikut.

  1. Semua unsur temuan baru baik unsur logam maupun nonlogam diberi nama dengan akhiran -ium.
  2. Nama didasarkan pada nomor atomnya, yaitu angka dari nomor atom dirangkai sehingga membentuk suatu kalimat. Angka itu diberi nama sebagai berikut.

0       =     nil          4       =   quad          8     =     okt

1       =     un          5       =   pent           9     =     enn

2       =     bi           6       =   heks

3       =     tri           7       =   sept

  1. Lambang unsur terdiri atas tiga huruf yang merupakan rangkaian kata dari huruf pertama nama angka penyusun nomor atomnya.

Contoh:

  1. Unsur nomor 112 diberi nama     1            1            2

un         un         bi + ium

Jadi, unsur dengan nomor atom 112 diberi nama ununbium dengan lambang Uub

  1. Unsur nomor 116 diberi nama     1            1            6

un         un         heks + ium

Jadi, unsur dengan nornor atom 116 diberi nama. ununheksium dengan lambang Uuh.

TUGAS

 

Buatlah Daftar Nama Unsur (rebaiknya dalam bentuk tabel) beserta data mengenai nomor atom, nomor massa dan lambangnya dari Tabel Periodik pada selembar kertas folio bergaris, dan segera kumpulkan kepada guru untuk diperiksa. Contoh Tabel adalah sebagai berikut.

 

Nomor Atom

Nama Unsur

Lambang

Massa Unsur

Pembulatan Massa Unsur

1

Hidrogen

H

1,0079

1

2

…………

………

……..

………

 





Konsep Bilangan Oksidasi

4 05 2011

Menurut Purba (1994:81) bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa adalah muatan yang diemban oleh atom unsur itu jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif, dengan kata lain bilangan oksidasi adalah tingkat oksidasi suatu unsur atau bilangan yang menunjukkan muatan yang disumbangkan oleh atom unsur tersebut pada molekul atau ion yang dibentuknya.

Anwar (2007:169) aturan penentuan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa adalah sebagai berikut :

  1. Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0
  2. Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida =  –1 (misalnya : NaH)
  3. Bilangan oksidasi unsur O dalam senyawa = –2, kecuali pada senyawa peroksida = –1  (misalnya : Na2O2, H2O2, Ba2O2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2
  4. Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2, gol.IIIA=+3)
  5. Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = –1
  6. Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl=–1, Mg pada Mg2+=+2)
  7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol), Misalnya :

Biloks S pada H2SO4 ditentukan dengan cara :

H2SO4          = 0

( 2 x biloks H) + S + (4 x biloks O)    = 0

( 2 X 1) + S + (4 X (-2) )          = 0

2 + S – 8          = 0

S          = 8 – 2

S          = +6

  1. Jumlah bilangan oksidasi unsur-usnur dalam suatu ion poliatom sama dengan muatannya. Misalnya : Biloks Cr pada Cr2O72-

Cr2O72-          = –2

Cr2 + ( 7 x biloks O )          = –2

Cr2 + ( 7 x (-2) )          = –2

Cr2 – 14          = –2

Cr2          = 14 – 2

Cr          = 12 / 2

Cr          = +6

Dengan memakai aturan penentuan bilangan oksidasi di atas, maka dapat ditentukan bilangan oksidasi unsur-unsur baik sebagai unsur bebas maupun senyawanya. Sebagai contoh : Bilangan oksidasi S dan Mn pada senyawa dibawah ini :

1)    H2SO4           2)    KMnO4              3)    K2SO4-2

 

       Penyelesaian :

Biloks S pada H2SO4

H2SO4      =          0

( 2 x Biloks H) + S + ( 4 x Biloks O )       =          0

( 2 x 1 ) + S + ( 4 x (-2) ) =          0

2 + S – 8  =          0

S    =        8 – 2

S    =        +6

 

 

Biloks Mn pada  KMnO4

KMnO4    =          0

( 1 x Biloks K) + Mn + ( 4 x Biloks O )    =          0

( 1 x 1 ) + Mn + ( 4 x (-2) )          =          0

1 + Mn – 8           =          0

Mn =        8 – 1

Mn =        +7

Biloks S pada K­2SO4-3

K2SO4-3   =          –3

( 2 x Biloks K) + S + ( 4 x Biloks O )       =          –3

( 2 x 1 ) + S + ( 4 x (-2) ) =          –3

2 + S – 8  =          –3

S – 8        =          –3 – 2

S – 8        =          –5

S    =        8 – 5

S    =        +3